Buku yang ditulis oleh Haji Ali Akbar Navis ini sebenarnya buku yang sudah lama ditulis oleh beliau kira-kira tahun 1955-an. Tapi isi yang dikandung buku ini masih bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan yang sekarang, bahkan secara pribadi cukup mempengaruhi pemikiran saya sampai sekarang ini.
Sedikit saya gambarkan isi dari buku ini untuk pren-pren komunitas baca, buku ini terdiri dari beberapa kumpulan cerita pendek yang menurut saya tentu sangat menarik. Isi, tata bahasa kalimat dan kata yang digunakan oleh beliau merupakan suatu pencerminan kebudayaan sastra melayu yang memang menjadi salah satu ciri khas dari bangsa kita.
Cerita "Robohnya Surau Kami" tentang seorang laki-laki tua yang kerjanya beribadah kepada Allah SWT dan sebagai penjaga surau yang dilanda perasaan galau dalam hatinya karena mendengar cerita seorang "Ajo Sidi" yang memang diceritakan sebagai orang berkarakter pembual. Mengapa si Kakek yang digambarkan dalam cerita merupakan orang yang taat beribadah bisa galau hatinya hanya karena cerita si ajo sidi ini? Memang apa yang diceritakan si pembual ini kurang bisa dipercaya kejadiannya apakah nyata atau tidak. Mengapa si Kakek yang nota bene seorang yang tunduk pada ajaran agama justru melakukan hal yang dilarang agama, menggorok batang lehernya sendiri. Apakah betul karena pengaruh dari cerita si pembual ajo sidi ini yang membuat sang kakek penjaga surau melakukan perbuatan itu? Cerita si ajo ini memang mungkin ada benarnya walau tidak ada jaminan apakah memang terjadi atau tidak dan inilah yang juga sedikit merubah pemikiran saya sebagai orang yang masih dalam tahap belajar memperdalam agama.
Ada juga kisah mengenai si "maria" dalam "pada pembotakan terakhir". Kejadian seperti ini memang jarang terjadi pada zaman sekarang ini, tapi bukan berarti tidak terjadi.
Ada juga cerita mengenai kebanggaan memakai "topi helm" yang terikat oleh kenangan lama.
Sungguh suatu buku yang sangat menarik menurut saya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar